20th and my perspective about (my) life...

        Today is the day, hari yang menurut kebanyakan orang bilang kalau usia kamu naik ke kepala dua artinya kamu harus benar-benar siap dengan yang namanya the battle of life. Waktu di mana kamu harus melepas semua rutinitas yang kamu merasa dunia kamu ada di sana. But, i'm disagree. Because, based on what happened in my life also hal-hal yang aku merasa this is way too fast to be faced, come to my life dan mereka mengantri untuk aku selesaikan jauh lebih cepat dari yang aku perkirakan. Sesuatu yang bikin aku merasa kalau memang belum saatnya aku menghadapi apa yang sering orang-orang dewasa keluhkan.

        My strongest struggle is when i have to watched my parents into a fight like everyday. Hearing they were shouting out to each other. Saw my father abusing my mother. Pokoknya rumah waktu itu nggak bisa aku definisikan sebagai pelarian paling nyaman untuk merasa aman. The place that always make me confused, between i don't want to stay and seeing them arguing like they can't control their ego, but in another side kalau aku nggak di rumah i'm scared that my father gonna hurt my mother more.

            Terus kenapa nggak melerai?

          Ya, it's a question that i asked myself and i can't answer it. The only thing that i can do was cried. Atau duduk di atas tangga dan ngerecord apa yang mereka lakuin, um i mean what my father does to my mother. Padahal kalau ditanya ya i hate to see it. My mental health isn't ready for it. Getting mental exhausted plus problem anak-anak umur 18 tahun yang kadang nggak penting sebenernya.

        Until 2 years ago, someone said to me "Hey, did you know why you always feel that everything you've done never satisfied you? It's because your anxiety tell me you are someone who really need validation in everything you do. Ketika kamu melakukan sesuatu dan orang seakan nggak pernah menilai hasil kerja keras kamu, kamu akan berpikir kalau tujuan kamu nggak sesuai dengan konsep kamu memulai."

          Tadinya aku bilang enggak. I said to her that i don't even care what others gonna do sama apa yang aku lakuin. tapi ternyata day by day i can feel it.

            When people around me seolah tutup mata dan telinga, i always questioning myself. Do i did something wrong? Do i hurt them? Do my work hard doesn't enough? Do my feeling not valid? Is my fear doesn't strong enough to be a reason why am i sad? Do i make them embarrassed?

           Dia bilang, aku butuh kalimat seperti "aku tau kamu lagi nggak baik-baik aja", "you look great today", "i can understand, ini pasti berat buat kamu", "you're enough", "yang kamu rasain itu valid".

           Aku masih denial. When i told her i always give those warm word to my friend, tau apa yang dia bilang?

           "Ya, aku percaya. Tapi kamu sadar nggak kalau apa yang kamu katakan ke temen-temen kamu adalah sesuatu yang sebenernya pengen kamu denger buat nenangin pikiran kamu?"

            And all i can do just silent. Dang, yeah i just figured it out ternyata sebutuh itu aku akan validasi seseorang. It's not good for me kata beliau, tadinya aku merasa nggak ada yang salah dengan meminta validasi dari orang lain, tapi semakin ke sini semakin nggak wajar. Jadi semakin butuh orang-orang appreciate how am i.

            But thakfully, i made the best healing ever. When i decided to left our home, starting a new journey and leave the things i shouldn't carry on, a better thing fill me up. Bukan yang seketika itu, tapi little by little. Because i believe, accepting problem yang ada adalah step pertama yang harus kita punya. Kalau udah bisa menerima, satu per satu jalan bakalan ketemu rutenya. And you should just follow it.

          So the key is accepting first and you'll gonna see that you are the best sufferer ever. Y.E.S. Y.O.U.A.R.E!!!